Sipadan-Ligitan
Oleh: Faqihhudin Masyid
Hartawan
Konflik
Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan Indonesia dan Malaysia atas pemilikan
terhadap kedua pulau yang berada di Selat Makassar yaitu pulau Sipadan. Sikap
Indonesia semula ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN namun
akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa ini melalui jalur hukum Mahkamah
Internasional
Untuk itulah diperlukan satu sistem perpolitikan yang
mengatur hubungan antar negara-negara yang letaknya berdekatan diatas permukaan
bumi ini. Sistem politik tersebut dinamakan geopolitik yang mutlak dimiliki dan
diterapkan oleh setiap negara di sekitarnya tak terkecuali Indonesia. Indonesia
pun harus memiliki sistem geopolitik yang cocok diterapkan dengan kondisi
kepulauannya yang unik dan letak Geografi.
Dalam hal ini sebagai warga negara Indonesia yang baik
yang menerapkan geopolitik wajib ikut untuk melestarikan dan menjaga keutuhan
wilayah negara. Dan tidak dapat dipungkiri di Indonesia bergulir konflik
perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan dengan Negara tetangga yaitu Malaysia.
Sebenarnya antara Indonesia dengan Malaysia tidak hanya terjadi konflik
perebutan Pulau atau wilayah negara saja tetapi pernah juga terjadi konflik
perebutan kebudayaan,makanan khas,lagu-lagu daerah. Dan yang terus bergulir
dalam konflik perebutan pulau ini salah satunya Pulau Sipadan dan Ligitan.[1]
Dalam Teori SWOT, Strength (kekuatan),
Weakness (kelemahan), Opportunities (Peluang), Threats (ancaman), yaitu :
Ø Strength (Kekuatan), keunggulan
disini Indonesia merupakan negara berdaulat yang mempunyai banyak pulau, di
setiap perbatasan dijaga oleh militer yang menjaga perbatasan wilayah agar
tidak diakui dengan negara tetangga.
Ø Weakness (kelemahan), kurang
optimalnya pemerintah dalam menjaga perbatasan wilayah-wilayah tertentu sehingga
pulau tersebut diakui oleh negara tetangga,
Ø Opportunities (Peluang), kita
sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah harus bisa
mengolah dengan baik apa yang kita punya sebagaimana mestinya,
Ø Threats (ancaman), dengan ancaman
ketika kita lengah wilayah perbatasan kita akan sangat mudah di akui oleh
negata tetangga dengan sangat mudah, seperti yang sekarang terjadi pulau kita
diakui negara tetangga.
Opini saya disini terasa sangat
sedih jika pulau yang harusnya bisa kita gunakan sebagai destinasi malah
direbut oleh tetangga sendiri. Tetangga yang selalu mengklaim kebudayan negara
kita, membuat onar sebagian negara-negara di ASEAN, oleh karena kita sebagai Sumber Daya Manusia yang ada di
Indonesia harus memperkuat intelektual untuk mengambangkan pembangunan yang ada
diindonesia sehingga potensi pulau-pulau tersebut dapat dimanfaatkan dan dijaga
dari gangguan negara lain yang ingin mengklaimnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar